MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE MAKE-A MATCH
PADA SISWA KELAS VII C SEMESTER
2
DI SMP NEGERI 1
DUKUHTURI
Uji
Nurwidiohening,S.Pd
NIP. 19731222 200701 2 008
SMP
Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS siswa kelas VII C Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten
Tegal cenderung kurang memuaskan, ketuntasan belajarnya kurang dari ketentuan
yang telah ditetapkan pada awal semester. Untuk mengatasi masalah tersebut
dicobakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make – A Match. Dengan suasana
yang lebih kondusif diharapkan motivasi dan prestasi belajar siswa untuk mata
pelajaran IPS akan meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make – A Match.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII C Semester 2
SMP Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2014/2015. Dari data
penelitianm terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match sudah
maksimal, hal ini terlihat ketuntasan belajar siswa adalah 88.58 % . Dan rata-rata motivasi belajar juga
kategori sangat tinggi yaitu 62,17.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa yang meliputi peningkatan semangat belajar, peningkatan
kegiatan pembelajaran, serta peningkatkan ketuntasan belajar siswa.
Kata kunci : motivasi
belajar, pretasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe make a match
PENDAHULUAN
Upaya utama yang harus
dilakukan guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran.Pembelajaran yang berkualitas
adalah ujung tombak yang menentukan tercapainya sasaran dan tujuan pendidikan
secara efektif,efisien, kreatif dan bermutu.Dalam pembelajaran siswa,guru
diharapkan mengembangkan semua potensi siswa dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman bermakna.Untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna,
seorang guru dituntut untuk bisa mengadopsi dan melaksanakan model-model
pembelajaran.Model pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar,sikap belajar di kalangan siswa,mampu berpikir
kritis,memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang
optimal (Isjoni,2008:146)
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik unik,
banyak menyajikan data,gambar-gambar.Materi Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi
Atmosfer dan Hidrosfer sangat kompleks sehingga dalam penyajian materi ini,guru
sering menghadapi berbagai masalah, di antaranya siswa malas karena motivasi
belajar kurang, bosan karena sebagian besar guru mengajar secara
konvensional,guru masih sebagai pusat belajar siswa dan pembelajaran kurang
bermakna karena pembelajaran siswa tidak berdasarkan kontek yang semestinya dialami oleh siswa melainkan apa yang
diinginkan oleh guru sehingga berdampak pada hasil belajar yang rendah.Hal ini
bisa dilihat dari nilai ulangan akhir semester 1 tahun pelajaran 2014-2015 dari
35 siswa,yang tercapai sesuai dengan KKM 76,0 hanya 23 anak yang tercapai
sementara 12 anak belum memenuhi KKM dengan rata-rata 71,0.
Melihat kenyataan di atas, perlu dicari solusi
pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
Salah satu alternatif pembelajaran berbasis PAIKEM adalah pembelajaran kooperatif
dengan model Make – A Match. Model
pembelajaran kooperatif dengan tipe Make A-Match adalah tekhnik mengajar dengan
mencari pasangan. Salah satu keunggulannya adalah siswa belajar sambil
menguasai konsep maupun topik dalam suasana yang sangat menyenangkan.
Dari uraian latar belakang
masalah di atas ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam pembelajaran IPS
antara lain :
1.
Kemampuan siswa dalam satu kelas sangat heterogen
sehingga guru sering mengalami kesulitan dalam mencapai KKM Klasikal.
2.
Proses pembelajaran IPS masih berorientasi pada
penguasaan teori atau hafalan saja sehingga siswa
mengalami hambatan.
3.
Sumber belajar yang dimiliki siswa terbatas
4.
Metode pembelajaran masih berpusat pada guru
sebagai sentralnya,sehingga siswa kurang aktif.
5.
Pembelajaran IPS dilaksanakan kurang optimal,
kurang menarik dan membosankan sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Dari identifikasi masalah di
atas yang menjadi fokus kajian PTK ini adalah Meningkatkan motivasi dan
hasil belajar IPS dengan model pembelajarankooperatif tipeMake A Match pada siswa kelas VII C semester 2 di SMP Negeri 1
Dukhturi.
RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini
dirumuskan permasalahan :
1.
Apakahpenggunaan model pembelajaran
kooperatifTipeMake A Matchdapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII C Semester 2 di SMP Negeri 1 Dukuhturi ?
2.
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VII C Semester 2 di SMP Negeri 1 Dukuhturi ?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan secara umum penelitian ini
adalah untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar dalam
pembelajaran mata pelajaran IPS dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif Tipe Make- A Match.
Tujuan Khususnya adalah :
1.
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan digunakannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match pada siswa kelas VII C semester
2 di SMP.
2.
Untuk mengetahui hasil belajar IPS dengan digunakannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match pada siswa kelas VII C
semester 2 di SMP Negeri 1 Dukuhturi.
LANDASAN
TEORI
Landasan teori yang digunakan dalam artikel ini adalah
:
1. Pengertian belajar
Menurut pendapat
tradisional, belajar
adalah menambah dan mengumpulkan
sejumlah pengetahuan. Di sini yang dipentingkan pendidikan intelektual.Kepada
anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan yang
dimilikinya, sedagkan ahli
pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar sebagai berikut : “Belajar
adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
timbulnya pengertian,serta timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial,susila
dan emosional.
Dalam
kamus pedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan
atau kecakapan.Seseorang telah mempelajari sesuatu terbukti dengan
perbuatannya.Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari proses belajar
sebelumnya,tetapi harus diingat juga bahwa belajar mempunyai hubungan yang erat
dengan masa peka,yaitu suatu masa dimana sesuatu fungsi maju dengan pesat untuk
dikembangkan.
Berdasarkan
teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
menghasilkan perubahan perilaku yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Perubahan perilaku tersebut oleh para ahli kemudian
diistilahkan sebagai hasil belajar.
Hasil
belajar menurut Nana Sudjana (2005:111) adalah bentuk tingkah laku yang
dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar, menurut Howrt Kingsley
dalam bukunya Sujana membagi tiga macam hasil belajar yaitu : 1) Ketrampilan dan
kebiasaan, 2)
Pengetahuan dan pengarahan,
3) Sikap dan
cita-cita(Sudjana,2004:22).
Dan
bentuk tingkah laku sebagai hasil belajar dapat berupa memberi reaksi terhadap
rangsangan,asosiasi verbal,mengemukakan konsep,prinsip dan memecahkan masalah. Hasil belajar diperoleh
setelah siswa dinyatakan berhasil dalam suatu penilaian yang dilakukan pada
akhir pembelajaran. Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
ketrampilan,sikap dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan sosial adalah sekelompok disiplin akademis
yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya.
Menurut Moeljono Cokrodikarjo mengemukakan bahwa IPS adalah
perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial.Ia merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi,antropologi budaya,psikologi,sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia yang diformulasikan untuk
tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah
dipelajari.
Somantri (Sapriya : 2008:9) menyatakan IPS adalah
penyederhanaan atau disiplin ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologi untuk
tujuan pendidikan.
Leonard S. Kenworthy mengatakan pengetahuan sosial adalah
studi tentang manusia untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun orang lain,
di dalam suatu masyarakat yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat
atau waktu sebagai individu maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya melalui
berbagai institusi seperti halnya manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat
yang baik.
Nu’man Sumantri (2001) menegaskan bahwa IPS adalah suatu synthetic discipline yang berusaha untuk
mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah
dan psikologi untuk tujuan pendidikan.Makna synthetic discipline, bahwa IPS
bukan sekedar mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu
pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan
masalah-masalah kemasyarakatan,kebangsaan dan kenegaraan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan 1) mata pelajaran mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat
2) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial 3) IPS juga
mengkorelasikan dengan masalah-masalah kebangsaan dan kenegaraan.
3.
Pembelajaran
Kooperatif
a.
Pengertian
Menurut Sunal dan Hans
(2000) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan
atau serangkaian stategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada
peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif
menurut Isjoni (2007 : 12) merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif
dapat didefinisikan sebagai satu pendekatan mengajar di mana murid bekerjasama
di antara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan
tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru.Tekhnik pembelajaran
kooperatif sangat sesuai di dalam sebuah kelas yang berisi siswa-siswa yang
mempunyai berbagai tingkat kecerdasan.
Menurut Effandi Zakaria
(2001) pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara
aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam
kelompok kecil.Ia memerlukan siswa bertukar pendapat,memberi tanya jawab serta
mewujudkan dan bina proses penyelesaian kepada suatu masalah.
Beberapa ciri dari
pembelajaran kooperatif adalah ;(a) setiap anggota memiliki peran,(b) terjadi
hubungan interaksi langsung di antara siswa,(c) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru
membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interpersonal kelompok, dan (e)
guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
b.
Manfaat
Manfaat pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif antara lain :
1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan
pengetahuan,sikap, dan ketrampilannya
dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap,nilai dan ketrampilan- ketrampilan sosial untuk diterapkan dlam kehidupan
bermasyarakat.
3) Siswa tidak hanya sebagai objek belajar melainkan juga
sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa
lainnya.
4) Siswa dilatih untuk bekerjasama,karena bukan materi saja yang
dipelajari tetapi
juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara
optimal bagi
kesuksesan kelompoknya.
5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang
dipelajarinya
lebih bermakna bagi dirinya.
4.
Tipe Make-A match
a.
Pengertian
Pembelajaran TipeMake a Match adalah tekhnik mengajar dengan
mencari pasangan. Salah satu keunggulannya adalah siswa belajar sambil menguasai
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.Pembelajaran tipe Make-A Match yaitu pembelajaran yang
tekhnik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan
jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.Model
pembelajaran Tipe Make-A Match atau mencari pasangan merupakan salah
satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.Tipe Make-A Match menggunakan
kartu-kartu.Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu
yang lainnya berisi jawaban dari soal-soal tersebut.Langkah-langkah proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran TipeMake a Match adalah sebagai
berikut:
1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2) Setiap siswa
mendapatkan satu buah kartu.
3) Setiap siswa memikirkan jawaban atau
soal kartu yang dipegang
4) Setiap siswa
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
5) Setiap siswa
yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi
poin
6) Setelah satu
babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
7) Demikian
seterusnya
5. Kerangka Berpikir
Upaya
peneliti meningkatkan mutu pembelajaran melalui penggunaan metode ceramah
bervariasi dan diskusi kelompok pada pembelajaran kondisi awal penelitian masih
belum dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan ditandai
adanya motivasi yang didominasi pada siswa tertentu. Keadaan ini berdampak pada
situasi pembelajaran menjadi kurang bermakna, monoton dan membosankan bagi
sebagian besar siswa.
Rendahnya
motivasi siswa dalam praktik pembelajaran tersebut berakibat terjadinya
kecenderungan hasil belajar yang rendah juga. Analisis hasil ulangan akhir
semester 1 dengan KKM 76 diperoleh data bahwa jumlah 35 siswa 23 siswa tuntas
dan 12 siswa belum tuntas dengan rata-rata 71,0
Masih rendahnya hasil belajar IPS
disebabkan oleh masih dominan skill menghafal daripada skill
memproses sendiri pemahaman suatu materi.
Motivasi belajar siswa selama ini terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama
mengikuti proses pembelajaran tidak konsentrasi. Faktor motivasi itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi.
Melihat
permasalahan di atas, maka perlu ada upaya lain yang dilakukan peneliti untuk
dapat melakukan proses pembelajaran lebih kreatif dan menarik bagi semua siswa
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga para siswa akan lebih mudah
memahami materi melalui motivasi dalam pembelajaran. Upaya menggunakan model
pembelajaran Tipe Make-A Match layak
digunakan. Diharapkan
dengan model pembelajaran Tipe Make-Match
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VII C semester 2 di SMP Negeri 1
Dukuhturi.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir penelitian
tindakan kelas yang diuraikan pada gambar sebagai berikut
KONDISI
AWAL
|
Siswa:
motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran IPS masih rendah dan
hasilbelajar siswa rata-rata hanya 71,0 sebanyak 12 atau 34 % belum tuntas
|
Guru
: Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Make A Match dalam proses pembelajaran IPS
|
Siklus I :
Dalam proses pembelajaran IPS guru
memperbaiki proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tipe Make-A Match
|
TINDAKAN
|
Dalam
proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Make- A Match
|
Siklus II :
Dalam proses pembelajaran IPS guru
memperbaiki proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
Tipe Make-A Match
|
KONDISI AKHIR
|
Diduga Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make-A Match dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar IPS siswa
kelas VII C dengan nilai rata-rata
mencapai 76 dan ketuntasan klasikal mencapai 85%
|
Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian
Tindakan Kelas.
METODE
PENELITIAN
1.
Obyek
Tindakan
Yang menjadi obyek tindakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah Model Pembelajaran Tipe Make-A Match untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar IPS
2.
Setting Dan
Subyek Penelitian
a.
Setting
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri I Dukuhturi kabupaten Tegal Kelas VIICSemester 2 Tahun Pelajaran
2014/2015.Pemilihan kelas ini didasarkan pada pertimbangan rata-rata hasil
belajar IPS siswa kelas VII C Semester 1 di SMP Negeri 1 Dukuhturi tidak
memenuhi KKM.
Penelitian
dilaksanakan selama tiga bulan mulai bulan Maret hingga
bulan Mei 2015 pada kelas VII C semester 2 di SMP
Negeri 1 Dukuhturi.
b.
Subyek
Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah kelas VII C SMP Negeri 1 Dukuhturi semester 2 dengan jumlah
siswa 35 terdiri atas 15 siswa putra dan 20 siswa putri. Siswa kelas VIIC dijadikan subyek
penelitian atas dasar pertimbangan sebagai berikut :
1) Siswa kelas VII C memiliki
karakteristik berupa rendahnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
IPS jika dibandingkan dengan kelas VII lainnya.
2)
Hasil belajar siswa kelas VII C yang berupa ketuntasan
belajar klasikal pada semester 1 belum
tercapai dan rendah yakni baru mencapai
23 orang siswa yang tuntas atau belum
mencapai 85 %
3.
Metode
Pengumpulan Data
a.
Teknik
pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tekhnik tes.Adapun tekhnik
pelaksanaanya dilakukan setiap akhir siklus dan alat pengumpulan data yang
digunakan adalah berupa soal tes bentuk pilihan ganda.
Selain teknik
tes dalam penelitian ini juga digunakan teknik pengumpulan data non tes yaitu dengan lembar pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti yang dibantu observer dan lembar angket yang
ditujukkan pada siswa.
b. Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan
variabel yang diteliti, maka digunakan (
dua ) jenis
pengumpulan data
yaitu :
1)
Pedoman Angket
2)
Tes Hasil Belajar
c. Analisis Data
Jenis alat pengumpulan data yang
diambil dalam penelitian ini ada dua kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif dengan rincian sebagai berikut :
1)
Data Angket
Data angket tentang motivasi yang
digunakan adalah angket langsung dan tertutup yang artinya peneliti memberikan
pertanyaan atau pernyataan secara langsung dan sekaligus memberikan alternatif
jawabannya.
2)
Tes
Menurut Arikunto (2002:127) menyatakan tes merupakan “
serentetan pertanyaanatau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu atau kelompok”. Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai hasil belajar mata pelajaran IPS dengan
menggunakan Model Pembelajaran
Tipe Make A-Match pada setiap siklus
penelitian.
Instrumen tes menggunakan soal pilihan ganda berjumlah 20
soal dengan masing – masing soal memiliki 4 pilihan jawaban. Nilai akhir
sebagai hasil belajar dihitung dengan menjumlahkan seluruh jawaban benar yang
diperoleh siswa kemudian dikalikan 5.
d. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kinerja dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya motivasi dan hasil
belajar dalam pembelajaran IPS yang ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat
perhatian siswa, antusias siswa dalam mengikuti pelajaran sangat tinggi.
Sehingga prosentase ketuntasan perolehan KKM IPS yaitu 76atau ketuntasan klasikal mencapai
85%. Di
samping itu keberhasilan proses pembelajaran ditunjukkan adanya respon positif
dari siswa, seperti ; siswa lebih senang dan lebih mudah memahami pembelajaran
IPS
e.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK)
dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu proses tindakan pada
siklus I dan siklus II. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam
proses pengkajian berdaur pada setiap siklusnya, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Secara sistematis penelitian tindakan kelas dapat
digambarkan sebagai berikut.
|
|
Siklus
II
|
Siklus
I
|
R T R R
O O
Gambar 2 Proses
Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan:
OBA :
Observasi awal O : Observasi
P :
Perencanaan R : Refleksi
T :
Tindakan RP : Revisi perencanaan
Deskripsi
kegiatan penelitian yang dilakukan keempat tahapan penelitian di atas pada
setiap siklusnya secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut :
Siklus
|
Tahapan
|
Uraian
|
I
|
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi
|
a. Menyusun RPP Siklus I
b. Menyiapkan bahan ajar
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Menyusun lembar pengamatan
e. Menyusun angket untuk penelitian
f. Menyusun soal tes akhir pembelajaran
siklus I
a.
Guru membuka pelajaran
b.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
c.
Pembentukan kelompok kerja
d. Guru
mengumpulkan informasi terkait dengan motivasi siswa
e.
Presentasi oleh siswa
f.
Penarikan kesimpulan
a. Melakukan observasi sesuai format yang
telah disiapkan
b. Mencatat semua aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung dan juga
kinerja guru dalam melaksanakan PBM
a. Melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilaksanakan
tiap pertemuan
b. Melakukan diskusi dengan observer hasil
dari temuan dalam pelaksanaan tindakan.
c. Mencatat kelemahan dalam siklus I dan
selanjutnya menyusun perbaikan untuk
pelaksanaan pada siklus II
|
II
|
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Refleksi
|
a. Menyusun RPP Siklus II sebagai
tindak lanjut dari
hasil refleksi siklus I
b. Menyiapkan bahan ajar sesuai dengan
catatan hasil refleksi
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Menyusun soal tes akhir pembelajaran
siklus II
a. Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai catatan hasil
refleksi siklus I
b. Pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II menindaklanjuti hasil temuan tentang
kekurangan guru pada siklus I dengan
penerapan variable tindakan yang sama.
a. Melakukan observasi sesuai format yang
telah disiapkan
b. Mencatat semua aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung dan juga
kinerja guru dalam melaksanakan PBM
a. Melakukan evaluasi dari tindakan yang telah
dilaksanakan tiap pertemuan
b. Melakukan diskusi dengan observer hasil
dari temuan dalam pelaksanaan tindakan.
c. Mencatat kejadian dalam siklus II
|
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil Siklus 1
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus
1 dilakukan selama 2 Pertemuan dan
masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran yaitu 2 x 40 menit. Materi yang disampaikan adalah tentang atmosfer.
Pada pertemuan pertama guru mengawali pembelajaran dengan memberikan soal-soal
pre test sejumlah 20 soal pilihan ganda, dan mengumpulkan hasil pekerjaan
siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran,garis
besar materi tentang atmosfer dan model pembelajaran yang akan
diterapkan serta langkah-langkah yang harus dilaksanakan
siswa selama proses pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan
gambaran materi pembelajaran secara umum dengan menggunakan metode ceramah
bervariasi dan tanya jawab. Selanjutnya
guru memberikan
informasi langkah-langkah sebelum pelaksanaan diskusi,kemudian guru membimbing
siswa membentuk kelompok diskusi .Guru kemudian membagikan kartu pertanyaan
kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B,kemudian masing-masing
siswa mencari jawaban atau pertanyaan dari kartu yang dipegang bagi anak yang
sudah menemukan pasangannya berbaris berhadapan,bagi yang tidak menemukan
pasangan berbaris tersendiri. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasilnya,pada kegiatan
penutup guru dan siswa membuat kesimpulan.
Pada pertemuan kedua di awal pembelajaran guru mengulas
materi yang telah disampaikan pada pertemuan pertama, selanjutnya guru
membimbing siswa melaksanakan
kegiatan dengan metode Make A Matchyaitu metode mencari pasangan. Kelompok
yang mendapatkan pertanyaan harus
mencari jawaban,dan sebaliknya yang mendapatkan jawaban harus mencari
pasangannya.Setelah semuanya menemukan pasangan sesuai waktu yang diberikan
masing-masing pasangan mempresentasikan hasilnya.Di akhir
kegiatan guru menyimpulkan hasil
presentasi dan penegasan istilah yang belum dipahami siswa. Selanjutnya
dilaksanakan post tes tentang materi yang telah disampaikan guru. Setelah
selesai pelaksanaan post tes, guru membagikan angket tentang motivasi belajar yang harus
diisi oleh siswa. Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1.
Nilai Awal Siswa ( Pre Test )
Data nilai
awal siswa pada siklus 1 sebagaimana pada
tabel 2 berikut ini :
Tabel 1
Nilai Awal Siswa ( Pre Test ) Sikuls
1
Nilai
Tuntas Belajar
|
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
< KKM
|
16
|
45,71
|
= KKM
|
0
|
0
|
> KKM
|
19
|
54,29
|
Jumlah
|
35
|
100
|
Sumber
: Diolah dari data primer
Berdasarkan
tabel 2 di atas, diperoleh nilai awal siswa atau pre test pada siklus 1 sebagai berikut :
1)
Siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak
16 siswa
atau 45,71 %
2)
Siswa yang memperoleh nilai lebih dari nilai KKM
sebanyak 19 siswa
atau 54,29 %.
Rata-rata
untuk pre test siklus 1 adalah 75,0 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 35.
2.
Nilai Akhir ( Post Test )
Data nilai
akhir siswa pada siklus 1 adalah sebagaimana pada tabel
3 berikut ini
Tabel 2:
Nilai Akhir Siswa ( Post Test ) Pada
Siklus 1
Nilai
Tuntas Belajar
|
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
< KKM
|
12
|
34,29
|
= KKM
|
0
|
0
|
> KKM
|
23
|
65,71
|
Jumlah
|
35
|
100
|
Sumber
: Diolah dari data primer
Berdasarkan
tabel 3 di atas, diperoleh nilai akhir siswa atau post test pada siklus 1
sebagai berikut :
1)
Siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak
12 siswa
atau 34,29 %,
2)
Siswa yang memperoleh nilai lebih dari nilai KKM
sebanyak 23
siswa atau 65,71 %.
Dengan
rata-rata 80,86 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55
3.
Nilai Selisih Antara Hasil Pre test dan Post test pada
siklus 1 adalah sebagaimana terlihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 3
Perbandingan Hasil Nilai Pre test
dan Post Test Pada Siklus 1
Nilai Tuntas Belajar
|
Hasil Pre Test
|
Hasil Post Test
|
||
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
|
< KKM
|
16
|
45,71
|
12
|
34,29
|
= KKM
|
0
|
0
|
0
|
0
|
> KKM
|
19
|
54,29
|
23
|
65,71
|
Jumlah
|
35
|
100
|
35
|
100
|
Sumber
: Diolah dari data primer
4.
Hasil Angket Motivasi Belajar
Distribusi data hasil perolehan angket tentang
motivasi belajar adalah sebagaimana
terlihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 4
Distribusi
Hasil Angket Tentang Motivasi Belajar IPS Pada Siklus I
Skor Perolehan
|
Frekuensi
|
Persentase ( % )
|
Kriteria
|
61 – 80
|
18
|
51,43
|
Sangat Tinggi
|
41 – 60
|
17
|
48,57
|
Tinggi
|
21 – 40
|
0
|
0
|
Sedang
|
0 – 20
|
0
|
0
|
Rendah
|
Jumlah
|
35
|
100
|
|
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan
Tabel 4 di atas,
diperoleh nilai angket siswa tentang motivasi belajar sebagai berikut :
1)
18 Siswa atau 51,43 % memiliki
motivasi belajar
sangat tinggi
2)
17 Siswa atau 48,57 % memiliki
motivasi belajartinggi.
Dari data penelitian di atas terlihat bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode Make a Match belum
maksimal, hal ini terlihat ketuntasan belajar siswa belum 85 %
Berdasarkan hasil diskusi dengan observer diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran pada siklus 1 belum optimal, guru belum melaksanakan metode Make a Match secara efektif, dan siswa
juga masih ramai
belum menyesuaikan tentang dengan model pembelajaran baru,
Melihat hasil di atas maka peneliti menindaklanjuti dengan melaksanakan
penelitian pada siklus ke 2 dengan mempertajam materi dan metode pembelajaran Make a Match
Hasil Siklus
2
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus
1 dilakukan selama 2 Pertemuan dan
masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran yaitu 2 x 40 menit. Materi yang disampaikan tentang hidrosfer.
Pada pertemuan pertama guru mengawali pembelajaran dengan memberikan soal-soal
pre test sejumlah 20 soal pilihan ganda, dan mengumpulkan hasil pekerjaan
siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran, model pembelajaran
yang akan diterapkan serta rambu-rambu yang harus diikuti siswa selama proses
pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menyampaikan
gambaran materi pembelajaran secara umum dengan menggunakan metode ceramah
bervariasi dan tanya jawab. Selanjutnya guru membimbing siswa
membentuk kelompok diskusi,kelompok A mendapatkan pertanyaan dan kelompok
B mendapatkan jawaban,kemudian masing-masing siswa mencari jawaban atau
pertanyaan.Bagi yang sudah mendapatkan pasangan berbaris berhadapan sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan.Kemudian masing-masing pasangan
mempresentasikan hasilnya.Selanjutnya pada kegiatan penutup guru
dan siswa membuat kesimpulan.
Pada pertemuan kedua di awal pembelajaran guru mengulas
materi yang telah disampaikan pada pertemuan pertama, selanjutnya guru
membimbing siswa membentuk
kelompok.Kelompok A mendapatkan jawaban dan kelompok B mendapatkan
pertanyaan.Kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya.Bagi yang sudah
mendapatkan pasangan berbaris berhadapan,kemudian masing-masing pasangan
mempresentasikan hasilnya.Di akhir kegiatan guru menyimpulkan
hasil presentasi dan penegasan istilah yang belum dipahami siswa. Selanjutnya
dilaksanakan post tes tentang materi yang telah disampaikan guru. Setelah
selesai pelaksanaan post tes, guru membagikan angket tentang motivasi belajar yang harus
diisi oleh siswa.
Adapun data hasil penelitian pada siklus 2 adalah sebagai berikut
1.
Nilai Awal Siswa ( Pre Test )
Data nilai
awal siswa pada siklus 2 sebagaimana pada
tabel 6
berikut
ini
:
Tabel 5
Nilai Awal Siswa ( Pre Test ) Sikuls
2
Nilai
Tuntas Belajar
|
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
< KKM
|
7
|
20
|
= KKM
|
0
|
0
|
> KKM
|
28
|
80
|
Jumlah
|
35
|
100
|
Sumber
: Diolah dari data primer
Berdasarkan
tabel 6 di atas, diperoleh nilai awal siswa atau pre test pada siklus 2 sebagai
berikut :
a.
Siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak
7 siswa
atau 20%
b.
Siswa yang memperoleh nilai lebih dari nilai KKM
sebanyak 28 siswa atau 80 %
Dengan rata-rata 77,86 dengan nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 40
2.
Nilai Akhir ( Post Test )
Data nilai
akhir siswa pada siklus 2 adalah sebagaimana pada tabel
7 berikut ini :
Tabel 6:
Nilai Akhir Siswa ( Post Test ) Pada
Siklus 2
Nilai
Tuntas Belajar
|
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
< KKM
|
4
|
11,42
|
= KKM
|
0
|
0
|
> KKM
|
31
|
88,58
|
Jumlah
|
35
|
100
|
Sumber
: Diolah dari data primer
Berdasarkan
tabel 7 di atas, diperoleh nilai akhir siswa atau post test pada siklus 2
sebagai berikut :
a.
Siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM sebanyak
4 siswa atau 11,42 %,
b.
Siswa yang memperoleh nilai lebih dari nilai KKM
sebanyak 31 siswa atau 88,57 %.
Rata-rata untuk post test siklus 2
adalah 84,29 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 45
3.
Nilai Selisih Antara Hasil Pre test dan Post test pada
siklus 1 adalah sebagaimana terlihat pada tabel 8 di bawah ini :
Tabel 7
Perbandingan Hasil Nilai Pre test
dan Post Test Pada Siklus 2
Nilai Tuntas Belajar
|
Hasil Pre Test
|
Hasil Post Test
|
||
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
Frekuensi
|
Persentase
( % )
|
|
< KKM
|
7
|
20
|
4
|
11,42
|
= KKM
|
0
|
0
|
0
|
0
|
> KKM
|
28
|
80
|
31
|
88,58
|
Jumlah
|
35
|
100
|
35
|
100
|
Sumber
: Diolah dari data primer
4.
Hasil Angket Motivasi Berprestasi
Distribusi data hasil perolehan angket tentang
motivasi belajar siswa adalah
sebagaimana terlihat pada tabel 9 di bawah ini :
Tabel 8
Distribusi
Hasil Angket Tentang Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II
Skor Perolehan
|
Frekuensi
|
Persentase ( % )
|
kriteria
|
61 – 80
|
22
|
62,86
|
Sangat Tinggi
|
41 – 60
|
13
|
37,14
|
Tinggi
|
21 – 40
|
0
|
0
|
Sedang
|
0 – 20
|
0
|
0
|
Rendah
|
Jumlah
|
35
|
100
|
|
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan
Tabel 9 di atas, diperoleh nilai angket siswa tentang motivasi belajar
sebagai berikut :
1)
22 Siswa atau 62,86 % memiliki
motivasi berprestasi sangat tinggi,
2)
13 Siswa atau 37,14 % memiliki
motivasi berprestasi tinggi,
Dari data
penelitian di atas terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Make a Match sudah
maksimal, hal ini terlihat ketuntasan belajar siswa adalah 88.58 % . Dan rata-rata motivasi belajar juga
kategori sangat tinggi yaitu 62,17.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori yang
didukung adanya hasil penelitian, pembahasan dan perumusan masalah yang
diajukan tentang penerapan model pembelajaran tipe Make a Match untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar IPS, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Penerapan model pembelajaran Tipe
Make a Match dapat meningkatkan motivasi belajarIPS pada siswa
kelas VII C
semester 2 di SMP Negeri I Dukuhturi.
2 Penerapan model pembelajaran Tipe Make
a Matchdapat meningkatkan hasil
belajar IPS pada siswa kelas VII C semester 2 di SMP Negeri 1
Dukuhturi.
B.Saran - Saran
- Kepada guru disarankan :
a.
Guru dapat menggunakan model pembelajaran tipe Make a Matchsebagai
variasidalam pembelajaran. Hal ini untuk menghindari rasa bosan siswa.
b.
Guru lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran tipe Make A Match agar
pembelajaran lebih menarik.
- Kepada siswa disarankan :
a.
Siswa lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran setelah mengetahui dan memahami model pembelajaran tipe Make a Match
b.
Siswa lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam proses pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Sugandi, Ahmad. 2004. Teori Pembelajaran.
Semarang:UNNES Press
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi.
2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:
PT. Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi
Sekjen Depdiknas.
Depdiknas.
2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas.
2006. Model-model Pembelajaran yang
Efektif. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
________, 2006. Model Pengembangan
Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta : Balitbang Depdiknas.
Hamsah B. Uno. 2008. Teori Motivasi
dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Isjoni. 2008. Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Jakarta : Gramedia.
Isjoni.
2009.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maufur,Fauzi, 2009 .Sejuta
Jurus Mengajar Mengasyikan.Semarang : Sindur Press
Sardiman A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja .Grafindo
Persada
Solihatin, Etin. 2008. Cooperative
Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta
: PT. Bumi Aksara.
Sugiyanto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif : Modul Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru ( PLPG ).
Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Surakarta.
Sugandi, Ahmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang:UNNES Press
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian
Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya.
Yogyakarta : Bumi Aksara.
Subiyantoro.2009.Penelitian Tindakan Kelas: Semarang :
CV.Widya Karya
Suprijono,Agus,
2009. Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi PAIKEM .Surabaya : Pustaka Pelajar.
Suyitno, A.
2006. Pemilihan Model-Model Pembelajaran
dan Penerapannya di Sekolah. Makalah Seminar. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa. 2005.Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
0 komentar:
Post a Comment