Salah satu bentuk keimanan kita kepada Allah adalah rasa syukur kepadaNya, yang telah memberi kita nikmat yang tiada bisa dihitung bahkan oleh alat yang paling canggih sekalipun. Bersyukur kepada Allah berarti kita mengingat Allah karena kita sadar bahwa kenikmatan yang kita dapat adalah pemberian Allah SWT. Namun, banyak dari kita ( yang mengaku sebagai umat islam ) yang lalai dari nikmat Allah, mereka lalai untuk bersyukur dan bahkan terlalu asyik dengan keniimatan yang mereka dapat sehingga melupakan Sang Pemberi Nikmat.
Dasar tidak tahu diri !. Itulah ungkapan yang sering terdengar yang dialamatkan bagi orang yang tidak tahu berterima kasih. Dan salah satu sifat jelek manusia adalah lupa diri.
Allah SWT berfirman yang artinya : " Dan apabila kesusahan menimpa manusia dia berkata kepada kami di waktu berbaring atau di waktu duduk, tetapi setelah kami hilangkan kesusahan itu daripadanya, dia berlalu seolah-olah tidak pernah berdoa kepada kami mengenai kesusahan yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampau batas itu memandang baik apa yang mereka kerjakan. (QS.Yunus : 12)".
Dalam ayat tersebut banyak disinyalir, perilaku manusia saat ini. Jika mereka ditimpa msibah, ditimpa kesusahan, baik penyakit, kemiskinan, kehilangan harta benda, dan nyawa, mereka berteriak-teriak memanggil Allah. Berdoa terus-menerus pagi, siang dan malam tiada henti. Lalu ketika kesusahan berlalu, ia melenggang, seakan dia tidak pernah meminta, memohon berdoa, begitu juga jika ada keinginan, ia meminta kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Bahkan berjanji untuk berbuat ini dan itu jika permintaannya terkabul. Tapi tatkala apa yang ia inginkan telah ia dapatkan, ketika kenikmatan itu sudah ada dalam genggamannya, jngankan ingat akan janjinya, nikmat itu sendiri sering dipergunakan di luar garis keinginan si Pemberi. Terlalu asyik dengan dengan kenikmatan sehingga melupakan Sang Pemberi Nikmat, bahkan lebih parahya lagi, manusia sering menggunakan kenikmatan yang mereka dapatkan untuk bermaksiat ria. Semoga kita bukan termasuk golongan mereka itu.
Dalam al Quran Allah SWT menjelaskan yang artinya : " Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan."(Fushilat:49). Allah juga menjelaskan dalam ayat lain, yang artinya " Dan apabila kami memberi nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka ia banyak berdoa".(Fushilat:51)
Dalam kehidupan sehari-hari, mudah kita temui logikanya. Si A memohon kepada si B bagjane sambil "bersujud-sujud" agar dimodali berdagang. Setelah diberi sukses kehidupannya, si A tidak ingat lagi kepada si B. Bahkan ketika si B ternyata gantian yang susuah, si A tidak mau membantu si B. Tentu sumpah serapah yang keluar dari mulut si B. Atau ketika si A tidak memanfaatkan modal yang diberikan si B untuk berdagang sebagaimana janjinya, melainkan untuk berfoya-foya. Tentu saja si B sebagai pemodal, akan kececa bukan ?
Lalu mengapa logika berpikir tersebut tidak kita terapkan dalam hubungan kita dengan yang Maha Pemberi ? Betapa nikmat Nya tiada terhitung. Dari mulai udara yang Ia berikan untuk kita bernafas, rezeki yang dengannya kita dapat makan, tubuh yang indah dan sempurna tanpa cacat, panca indera yang lengkap dan masih banyak lagi yang lainnya.
Lalu pantaskah setelah apa yang Allah berikan kepada kita berupa kenikmatan yang luar biasa banyaknya ini, kita malah menjadi kufur, lalai dan lupa diri dari Nya ?. Bayangkan jika sifat Allah seperti sifat manusia yang pemarah, setelah berbagai dosa yang kita lalukan, mungkin Allah akan mecabut semua nikmat Nya dari diri kita. Namun Allah sangat berbeda dengan manusia. Ia maha pemaaf dan maha pengasih. Ia senantiasa memberikan rahmat dan kenikmatan Nya bahkan terhadap hamba Nya yang suka bermaksiat dan berbuat dosa sekalipun. Sebagaimana Allah pernah berfirman dalam sebuah hadis qudsi :"Sesungguhnya rahmat Ku itu mendahului Kemarahan Ku". Melihat kemurahan Allah yang begitu luas itu, seharusnya kita sadar akan apa yang harus kita lakukan dengan nikmat yang telah Ia berikan kepada kita. Sungguh memalukan jika kita berbuat lalim akan nikmat yang kita dapat, sementara ketika kita dalam kesusahan kita merengek-rengek, memohon agar dihilangkan kesusahan dari diri kita, dan ketika kesusahan itu diangkat dari tubuh kita, kita menjadi orang yang lupa diri. Bahkan tidak jarang orang yang dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya, baik berupa kekayaan, kecerdasan, wajah yang rupawan dan sebagainya, lalu ia menjadi sombong, kikir, angkuh dan berbuat dzalim. Mereka menyagka bahwa apa yang mereka dapatkan adalah hasil usahanya sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT. Sungguh mereka adalah orang-orang yang sesat dan celaka. Karena usaha manusia itu tidak akan berhasil tanpa seizin Allah SWT. Allah SWT berfirman, yang artinya:"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu nenyaksikan sendiri keingkarannya. Dan sesungguhnya manusia itu sangat bakhil karena cintanya pada harta".(al-Adiyat :6-9).
Pernahkan kita berpikir bahwa apa yang kita lakukan masih sangat jauh dari apa yang Allah harapkan ? Tentu saja sebagai manusia, sangat susah untuk menjadi sempurna dalam melaksanakan apa yang digariskan Allah. Tapi, tetaplah berusaha untuk memberikan yang terbaik yang bisa kita lakukan.
Perbanyak zikir untuk mengingat Nya. Sholat, bersedekah menyisihkan penghasilan, berzakat untuk mensucikan harta, dan berpuasa untuk mensucikan badan sudah merupakan wujud terima kasih kita atas apa yang telah diberi Nya. Perbanyak syukur terhadap Allah, dan menggunakan fasilitas yang telah diberikan Allah, baik anggota tubuh yang menempel di badan maupun fasilitas keduniaan sebisa mungkin di jalan yang telah diatur Nya. Pasti Allah akan memberikan kita tambahan nikmat dan mencukupkan kebutuhan kita.
Sumber :
Dari berbagai sumber kajian Islam
HINDARI LUPA DIRI AKAN NIKMAT ALLAH
Label:
WAWASAN ISLAMI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment