PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSWA PADA KELAS IX E SEMESTER 2 SMP N 1 DUKUHTURI TAHUN 2012 / 2013
PENDAHULUAN
Peningkatan hasil belajar peserta didik sangat tergantung pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. seorang guru yang profesional minimal harus memiliki empat kemampuan dasar ( kompetensi ) dan sikap sebagai guru yang mendapat kepercayaan untuk mempersiapkan hari depan bangsa. Adapun empat kemampuan dasar tersebut adalah ( 1 ) menguasai kurikulum, ( 2 ) menguasai materi / bahan ajar, ( 3 ) menguasai metode dan evaluasi serta pelaksanaannya, dan ( 4 ) mempunyai komitmen dan disiplin tinggi dalam melaksanakan tugas.
Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai dan menerapkan model pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi / bahan ajar dan peserta didik. Hal ini sangat relevan dengan tugas seorang guru dalam mengenali perbedaan individual peserta didiknya. Dalam memilih model pembelajaran, kadar keaktifan peserta didik harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan beragam model ( multi model ), seperti learning by doing, learning by listening, dan learning by playing.
Berdasarkan hasil konferensi tahunan yang dilakukan UNESCO 1998 prinsip – prinsip yang mendasari masyarakat belajar di abad ke – 21 terangkum dalam empat pilar belajar ( faur pilars of learning ) yaitu ( 1 ) belajar bagaimana belajar ( learning to learn ), ( 2 ) belajar untuk melakukan ( learning how to do ), dalam arti memecahkan masalah, ( 3 ) belajar hidup bersama ( learning to give together ), dan ( 4 ) belajar menjadi diri sendiri ( learning to be one – self ).
Untuk mengaplikasikan empat pilar tersebut, seorang guru dalam mengelola pembelajaran dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif, inovatif, dan kreatif dengan tetap berpegang pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik ( student oriented ). Hal ini dapat diwujudkan melalui penerapan berbagai pendekatan dan model pembelajaran, misalnya : pendekatan keterampilan proses dan CBSA dengan menggunakan motode cooperative learning model pembelajaran jigsaw.
PEMBELAJARAN IPS DALAM KURIKULUM SATUAN TINGKAT PENDIDIKAN.
IPS adalah sejumlah konsep mata pelajaran sosial dan ilmu lainnya yang dipadukan berdasarkan prinsip – prinsip pendidikan yang bertujuan membahas masalah sosial atau bermasyarakan dan kemasyarakatan untuk mencapai tujuan – tunjuan khusus pendidikan melalui program pengajaran pada tingkat persekolahan (A.Azis Wahab, 1980:7). Menurut Deliarnov (2003:3) “IPS adalah ilmu yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau golongan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan yang relatif terbatas adanya”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS memiliki sejumlah karakter tertentu antara lain : (1) IPS merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi dan sejarah. (2) Materi IPS terdiri dari sejumlah konsep, prinsip dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan manusia sebagai mahluk sosial, (3) Kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama yaitu pendekatan fungsional ( functional approach ), pendekatan interdisipliner ( interdicipliner approach ), dan pendekatan multidisipliner ( multi dicipliner approach ).
Pembelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu – ilmu sosial. Pada Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) program pengajaran IPS mencakup bahan kajian geografi, sosiologi, ekonomi dan sejarah. Pembelajaran IPS diberikan pada Satuan Tingkat Pendidikan SMP memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, dengan menitik beratkan pada pengembangan individu yang dapat memahami masalah – masalah yang berada dalam lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan sosial yang membahas interaksi antar manusia, dan lingkungan alam yang membahas interaksi antar manusia dengan lingkungannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, selain itu dapat berfikir kritis dan kreatif, dan dapat melanjutkan serta mengembangkan nilai – nilai budaya bangsa.
Dengan paradigma baru, sesuai amanat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pembelajaran IPS pada Tingkat Satuan Pendidikan SMP dilakukan dengan konsep pembelajaran IPS terpadu atau sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip – prinsip secara holistik dan otentik. Salah satu diantaranya adalah memadukan Kompetensi Dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan – kesan tentang beberapa hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelari.
Agar semua kontribusi di atas diperoleh peserta didik, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya pendekatan pembelajaran yang kondusif, salah satunya adalah pendekatan keterampilan proses yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Dengan pendekatan ini kemampuan menggunakan fikiran, nalar, dan perbuatan diterapkan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil termasuk di dalamnya kreativitas peserta didik. Di dalam IPS keterampilan ini meliputi keterampilan akses ( access skill ) dan keterampilan proses ( process skill )
Keterampilan akses meliputi kemampuan membaca, observasi dan mendengarkan. Keterampilan akses ini akan membuka pintu bagi peserta didik untuk masuk pada ranah informasi yang diperlukan. Keterampilan ini meliputi kemampuan dan kemahiran membaca, mendengarkan dan mengobservasi. Sedangkan keterampilan proses mewadahi kemampuan peserta didik untuk menggali makna yang terkandung dalam informasi, meliputi keterampilan mendeskripsi, mencatat, mengklasifikasi, menilai, menafsirkan, inferensi, deduksi, memprediksi, menganalisis, eksperimen, merencanakan dan menggeneralisasi. Keterampilan tersebut mengacu kepada keterampilan mengolah informasi ( information processing ).
Keterampilan proses sebenarnya merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis ( critical thinking skill ) yang di dalam mata pelajaran IPS menjadi tumpuan bagi individu dalam menilai dan menginterprestasi informasi dan pengalaman, selanjutnya keterampilan ini diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi permasalahan dan dilema dalam pengambilan keputusan yang menuntut keterampilan, hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pengajaran IPS terutama geografi (Welton dan Malar dalam Djojo Suradisastra, 1997).
Untuk melaksanakan pembelajaran IPS yang kondusif bagi peserta didik agar mampu memproses bahan ajar secara efektif dan efisien, pendekatan keterampilan proses sebagaimana diuraikan tersebut di atas harus diikuti dengan metode / strategi cooperative learning seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
IMPLEMATASI COOPERATIVE LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS.
Pengertian Cooperative Learning
Banyak guru beranggapan bahwa tugas mereka adalah memindahkan informasi pengetahuan dari buku atau kepala mereka kepada peserta didik, sedangkan tugas peserta didik menerima, mengingat dan menghafalkan in formasi tersebut. Banyak guru menganggap paradigma tersebut sebagai satu – satunya jalan mentrasformasi pengetahuan kepada peserta didik. Namun teori dan penelitian menunjukkan bahwa peserta didik mengkonsumsi pengetahuan mereka sendiri secara aktif. Peserta didik tidak menerima informasi dan pengetahuan dari guru secara pasif melainkan mengaktifkan skemata mereka atau mengkontruksi struktur kognitif baru untuk mencerna input. Proses pembelajaran cooperative learning yang aktif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersama – sama dengan guru dan peserta didik lain mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. ( Roger, 1982 dalam Anita Lie, 1998 ).
Cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok – kelompok kecil, peserta didik belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Esensi cooperative learning adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri peserta didik terbentuk sikap kebergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini mendorong peserta didik dalam kelompoknya belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh – sungguh sampai selesainya tugas – tugas individu dan kelompok ( Santoso, 1998 ).
Menurut Anita Lie ( 1998 ) ada beberapa manfaat proses pembelajaran cooperative learning :
1. Peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan peserta didik yang lain.
2. Peserta didik mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan.
3. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dapat meningkat.
4. Mengurangi kecemasan peserta didik ( kurang percaya diri ).
5. Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif.
6. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Dalam pembelajaran dengan cooperative learning peranan guru sangat komplek, disamping sebagai seorang fasilitator guru juga berperan sebagai manajer dan konsultan dalam memberdayakan kerja kelompok peserta didik.
Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling ketergantungan positif yaitu interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Nurhadi,2004 : 112). Model pembelajaran Jigsaw merupakan pembelajaran yang melibatkan semua peserta didik yang berkerja secara kelompok dan dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima orang saling membantu dalam mengidentifikasi masalah.
Menurut Gardnek ( 2002 : 32 ) “ Dalam model pembelajaran Jigsaw ini setiap ahli dalam kelompok itu menjadi juru ( pembicara ) dalam sub unit suatu topik setelah peserta didik memahami bagian masing-masing “. Setiap juru mengajarkan pula kepada ahli dalam kelompok yang lain. Soal jawab atau perbincangan yang berlaku selama proses ini membolehkan juru dan ahli sama-sama memikirkan cara memecahkan masalah (tugas) yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan selain itu memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajarkan mereka untuk menjadi juru dan mengajarkan pula pada peserta didik yang mempunyai prestasi yang baik yang secara tidak langsung meningkatkan keyakinan mereka.
Menurut Zaini ( 2002 : 56-57 ) langkah – langkah dalam model pembelajaran Jigsaw yaitu :
1. Memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian)
2. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada jika jumlah peserta didik adalah 36, sementara jumlah kelompok yang ada 6, maka masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang mereka pelajari dari kelompoknya.
5. Suasana kelas kembali seperti semula kemudian menanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Memberikan beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.
Adapun ciri – ciri model pembelajaran Jigsaw menurut Nur (2001:3) diantanya yaitu :
1. Adanya kelompok yang berdiskusi tentang materi pelajaran tertentu.
2. Terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
3. Para peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap tiap peserta didik lain dalam kelompoknya.
4. Para peserta didik akan diminta menjelaskan materi yang telah dipelajari kepada temannya.
5. Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
Menurut para ahli model pembelajaran Jigsaw ini mempunyai kelebihan maupun kelemahan diantaranya sebagai berikut :
1. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw :
a. Meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
b. Meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
c. Guru berperan sebagai pendamping, penolong dan mengarahkan peserta didik dalam mempelajari materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
d. Melatih peserta didik untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
e. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
2. Kelemahan model pembelajaran Jigsaw :
a. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan anggotanya lemah semua.
b. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajarinya.
c. Peserta didik yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
d. Peserta didik memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan.
e. Awal pengguanaan Model pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang.
Penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS.
Penerapan model Pembelajaran Jigsaw di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi, rasa tanggungjawab peserta didik, melatih peserta didik untuk lebih aktif di dalam kelas, pemerataan penguasaan materi, serta mengembangkan tingkah laku dan hubungan yang lebih baik antar peserta didik sehungga dapat tercapai hasil belajar yang lebih baik.
Peningkatan hasil belajar peserta didik salah satunya dengan memaksimalkan dari suatu pekerjaan atau kecakapan untuk menambah pengetahuan atau tingkat penguasaan yang dicapai peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar IPS di kelas.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik, sehingga peserta didik tidak akan merasa jenuh dengan model pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Salah satu alternatif pemecahan masalah terhadap rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS yang telah dilakukan peneliti pada kondisi awal sebelum dilakukanmya model pembelajaran jigsaw adalah penerapan pembelajaran berbasis cooperative learning dengan menggunakan metode ceramah bervariasi dan dilengkapi penggunaan media audio visual. Namun upaya ini masih belum cukup meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran tersebut, sebagaimana observasi yang telah dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPS pokok bahasan “ Bentuk – Bentuk Muka Bumi “ pada 36 orang peserta didik kelas IX E SMP Negeri 1 Dukuhturi Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2012 / 2013.
Hasil observasi KBM diperoleh data bahwa rata – rata aktivitas peserta didik dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada kondisi awal sebelum penelitian masih rendah. Rendahnya aktivitas tersebut akan berpengaruh pada hasil belabejar yang rendah juga.Identifikasi terhadap penyebab terjadinya masalah sebagaimana telah dianalisis tersebut di atas adalah pemilihan model pembelajaran ceramah bervariasi dilengkapi dengan media audio visual pada KBM kondisi awal masih belum meningkatkan aktivitas peserta didik semua peserta didik karena masih didominasi peserta didik tertentu saja, sehingga hasil belajar yang diperolehnya belum maksimal sebagaimana ditunjukkan pada indikator ketuntasan belajar peserta didik baru mencapai 11 orang atau 31 %.
Menindaklanjuti masalah tersebut, maka peneliti menganggap perlu dilakukan alternatif upaya lain untuk dapat melakukan KBM yang lebih kreatif, menarik dan merangsang bagi semua peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses KBM sehingga diharapkan para peserta didik secara merata akan lebih mudah memahami materi pelajaran melalui aktivitas belajar bersama dan kerjasama dalam KBM. Untuk itu peneliti memilih upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar dengan pembelajaran cooperative learning dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw layak untuk dicobakan dalam melakukan tindak kelas ini.
Proses Pembelajaran Siklus I
Proses Pembelajaran Siklus I
Deskripsi Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yakni pada tanggal 23 Februari 2013 dan 2 Maret 2013 dengan pembelajaran materi IPS pada Standar Kompetensi : “ Memahami hubungan manusia dengan bumi “ dengan Kompetensi Dasar : “ Mendeskripsikan keterkaitan unsur – unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara”. Dan pokok materi yang dibahas adalah Unsur – unsur geografis kawasan Asia Tenggara. Adapun uraian pokok KBM pada siklus I meliputi empat tahap penelitian yaitu :
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan tindakan ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada KBM siklus I antara lain adalah :
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajara ( RPP ) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan.
b. Mencari dan menentukan sumber bahan ajar yang sesuai dengan pokok materi pelajaran.
c. Membuat media pembelajaran berupa 5 lembar suplemen / teks pokok materi pelajaran dan 1 lembar daftar pertanyaan dengan warna kertas yang sama .
d. Menyiapkan instrumen penilaian observasi aktivitas yang relevan dan tidak relevan dalam KBM dan hasil belajar.
2. Pelasanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti menggunakan langkah - langkah pembelajaran sebagai berikut :
a. Pendahuluan
1) Guru memberikan pengantar tentang materi yang akan dibahas.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pembelajaran materi ini.
3) Peserta didik mendengarkan penjelasan guru.
4) Guru menunjukkan peta kawasan Asia Tenggara dan meminta peserta didik untuk menyebutkan Negara – negara yang ada di kawasan Asia Tenggara.
5) Guru membagi peserta didik menjadi kelompok – kelompok kecil ( Kelompok Kooperatif ) setiap kelompok beranggotakan 5 orang peserta didik untuk melalukan pembelajaran materi ini.
6) Guru membimbing langkah – langkah pembelajaran materi ini dengan model jigsaw.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
· Tahap kooperatif, kepada setiap kelompok, guru membagikan teks A, B, C, D, E dan daftar pertanyaan.
· Peserta didik membaca dan memahami secara individual teks yang telah diterima.
2) Elaborasi
· Tahap ahli, peserta didik yang menerima teks yang sama belajar dan bekerja sama ( mereka ini berasal dari kelompok – kelompok kooperatif ) dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan isi teks kepada masing – masing anggota kelompok kooperatifnya.
· Setiap peserta didik ( anggota kelompok ) kembali ke kelompok kooperatif masing – masing. Dalam tahap lima serangkai masing – maing anggota kooperatif telah menjadi ahli dibidang informasi yang dipelajari pada tahap ahli. Selanjutnya :
· Setiap peserta didik ( anggota kelompok ) menginformasikan / mengajarkan isi teks / informasi yang telah dikuasai kepada yang lain.
· Setiap peserta didik ( anggota kelompok ) menyusun materi berdasarkan panduan daftar pertanyaan yang disediakan.
3) Konfirmasi
· Guru melakukan evaluasi proses terhadap kegiatan dan hasil pekerjaan peserta didik.
· Guru membahas mengenai pertanyaan dan tanggapan peserta didik terhadap materi yang dipelajari
c. Penutup
1) Guru bertanya kepada peserta didik mengenai pokok materi yang dibahas.
2) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3) Peserta didik diberi tugas untuk mengerjakan Uji Kompetensi yang telah disiapkan guru.
3. Observasi Tindakan
Observasi tindakan KBM pada siklus I secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik dalam KBM.
Hasil observasi guru menunjukkan pada KBM Siklus I dengan pokok materi Unsur – Unsur Geografis Kawasan Asia Tenggara, terlihat aktivitas peserta didik sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan argumuntasi. Terlihat dengan jelas bahwa semua askpek / indikator dari aktivitas peserta didik mengalami peningkatan meskipun belum signifikan ( setidaknya berdasarkan pada kriteria penilaian atau indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian ini ).
4. Refleksi Tindakan
Berdasarkan analisis hasil observasi , nilai hasil belajar, dan wawancara dengan teman sejawat diperoleh informasi sebagai refleksi antara lain :
a. Kelebihan
1) Peserta didik terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pembelajaran sudah berpusat pada peserta didik dan peran guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan membimbing kegiatan peserta didik. Peserta didik berupaya untuk mendapatkan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya melalui kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok, sehingga peserta didik merasa lebih mudah memahami materi pelajaran.
2) Peserta didik mulai antusias dan bersemangat mengikuti KBM, hal ini dapat dilihat dari analisa lembar observasi aktivitas peserta didik dalam KBM sebesar 43 % atau tergolong pada kriteria cukup aktif pada aktivitas yang relevan dengan KBM, sedangkan aktivitas yang kurang relevan dengan KBM hanya sebesar 22 % yang berarti baik.
3) Berdasarkan proses dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik telah menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil belajar peserta didik berupa nilai rata – rata sebesar 69,86 meskipun belum mencapai KKM yang telah ditetapkan guru yaitu 75.
4) Dilihat dari guru terlihat adanya suatu proses optimalisasi tugas dengan memberikan KBM yang menarik, kreatif dan bermakna bagi pencapaian hasil belajar peserta didik.
Kelebihan – kelebihan ini akan tetap dipertahankan dan diupayakan untuk lebih baik lagi.
b. Kekurangan
Upaya peneliti untuk meningkatkan kualitas KBM melalui pembelajaran Cooperative Learning dengan model pembelajaran Jigsaw sekalipun ada hasil peningkatan aktivitas peserta didik dan hasil belajarnya, namun masih dijumpai beberapa kekurangan. Adapun kekurangan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Masih dijumpai peserta didik yang kurang memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru.
2) Peserta didik dalam menginformasikan kepada anggota kelompoknya masih kelihatan kurang percara diri.
3) Dijumpai juga peserta didik yang mengerjakan tugas lain.
4) Hasil belajar peserta didik meskipun sudah tergolong cukup tinggi, namun belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Klasikal yang ditetapkan sesuai indikator pencapaian sebesar 75 %, karena secara klasikal ketuntasan belajarnya baru mencapai 36 %.
Mencermati berbagai kekurangan yang telah ditemukan pada siklus I , maka perlu ditindaklanjuti lagi dengan penelitian pada siklus II. Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai landasan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelejaran ( RPP ) dan pelaksanaan KBM pada siklus II.
Deskripsi Siklus II
Pada siklus II ini, pembelajaran materi IPS dilakukan pada Standar Kompetensi : “ Memahami hubungan manusia dengan bumi “ dengan Kompetensi Dasar : “ Mendeskripsikan keterkaitan unsur – unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara”. Dan pokok materi yang dibahas adalah Unsur – unsur penduduk kawasan Asia Tenggara. Pembelajaran siklus II ini juga dilakukan dalam dua kali pertemuan tatap muka yaitu pada tanggal 9 Maret 2013 dan 16 Maret 2013.
Adapun uraian pokok KBM pada siklus II juga meliputi empat tahap penelitian yaitu :
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan tindakan ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada KBM siklus I antara lain adalah :
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajara ( RPP ) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan.
b. Mencari dan menentukan sumber bahan ajar yang sesuai dengan pokok materi pelajaran.
c. Membuat media pembelajaran berupa 5 lembar suplemen / teks pokok materi pelajaran dan 1 lembar daftar pertanyaan dengan warna kertas yang berbeda – beda .
d. Menyiapkan instrumen penilaian observasi aktivitas yang relevan dan tidak relevan dalam KBM dan hasil belajar.
2. Pelasanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti menggunakan langkah - langkah pembelajaran sebagai berikut :
a. Pendahuluan
1) Guru memulai KBM dengan menjelaskan tujuan pemelajaran dan dilanjutkan dengan memotivasi serta apersepsi dengan cara guru memberikan pengantar tentang materi yang akan dibahas disertai penanyangan gambar / foto – foto melalui media audio visual LCD Proyektor dan mengkaitkan dengan pokok materi yang akan dibahas.
2) Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan memperhatikan tayangan gambar / foto – foto yang ditampilkan.
3) Guru membagi peserta didik menjadi kelompok – kelompok kecil ( Kelompok Kooperatif ) setiap kelompok beranggotakan 5 orang peserta didik untuk melalukan pembelajaran materi ini.
4) Guru membimbing langkah – langkah pembelajaran materi ini dengan model jigsaw.
b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
· Tahap kooperatif, kepada setiap kelompok, guru membagikan teks A, B, C, D, E dan daftar pertanyaan.
· Peserta didik membaca dan memahami secara individual teks yang telah diterima.
2) Elaborasi
· Tahap ahli, peserta didik yang menerima teks yang sama, belajar dan bekerja sama ( mereka ini berasal dari kelompok – kelompok kooperatif ) dan mempersiapkan diri untuk menyampaikan isi teks kepada masing – masing anggota kelompok kooperatifnya.
· Setiap peserta didik ( anggota kelompok ) kembali ke kelompok kooperatif masing – masing. Dalam tahap lima serangkai masing – maing anggota kooperatif telah menjadi ahli dibidang informasi yang dipelajari pada tahap ahli. Selanjutnya :
· Setiap peserta didik ( anggota kelompok ) menginformasikan / mengajarkan isi teks / informasi yang telah dikuasai kepada yang lain.
· Setiap peserta didik ( anggota kelompok ) menyusun materi berdasarkan panduan daftar pertanyaan yang disediakan.
3) Konfirmasi
· Guru melakukan evaluasi proses terhadap kegiatan dan hasil pekerjaan peserta didik.
· Guru membahas mengenai pertanyaan dan tanggapan peserta didik terhadap materi yang dipelajari
c. Penutup
Kegiatan penutup KBM yang dilakukan peneliti pada siklus II adalah melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.
3. Refleksi Tindakan
Refleksi tindakan KBM pada siklus II yang diperoleh menurut hasil analisis terhadap observasi, dokumentasi, dan nilai hasil belajar serta wawancara dengan teman sejawat diperoleh gambaran refleksi sebagai berikut :
a. Kelebihan
1) Pembelajaran Cooperative Learning dengan model jigsaw yang diterapkan pada siklus II telah cukup efektif meningkatkan aktivitas peserta didik dalam KBM sebagaimana analisis lembar observasi diperoleh nilai rata – rata sebesar 74 % atau kriteria aktif. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti KBM, Kerjasama dalam diskusi kelompok, Kreativitas membuat catatan / ringkasan, serta interaksi dengan sesama peserta didik selama KBM telah dapat dilakukan secara merata dan menyeruh bagi peserta didik.
2) Indikator kriteria ketuntasan klasikal sebagai hasil belajar peserta didik pada siklus II telah tercapai sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diperoleh data bahwa peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 29 atau sama dengan 81% dengan nilai rata – rata 77,78.
b. Kekurangan
Keberanian peserta didik dalam bertanya dan mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan, hal ini karena peserta didik ragu akan kebenaran redaksi pertanyaan dan ungkapan pendapatnya.
Memperhatikan akan kelebihan dan kekurangan yang telah ditemukan pada siklus II dapat peneliti simpulkan bahwa secara umum pembelajaran Cooperative Learning dengan model pembelajaran Jigsaw yang telah diterapkan peneliti ternyata dapat meningkatkan aktivitas peserta didik sebesar 74 % ( termasuk kriteria Aktif ) dan hasil belajar berupa nilai rata – rata mencapai 77,78 serta ketuntasan belajar klasikal sebesar 81%. Dengan demikian indikator pencapaian penelitian tindakan ini sudah terpenuhi, oleh karenanya penelitian sudah dianggap cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
A. Pembahasan Antar Siklus
Pembahasan data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan baik pada kondisi awal sampai pada siklus II sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus seperti berikut :
1. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik
Hasil Observasi guru terhadap aktivitas peserta didik dari siklus ke siklus terlihat bahwa aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 31 %. Semua indikator dari aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang sangat signifikan setidaknya berdasarkan kriteria penilaian atau indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat yang pada kondisi awal hanya 19% beransur naik 25% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 50% yang berarti mengalami kenaikan sebesar 25%. Begitupun pada indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, pada siklus pertama mendapat skor rata-rata sebesar 50% namun pada siklus kedua meningkat menjadi 81 %, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 31%. Indikator kerjasama dalam kelompok diskusi juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dari rata-rata skor 36% pada siklus pertama meningkat menjadi 75% pada siklus kedua, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 39%. Prosentase kenaikan yang sama dengan indikator kerjasama dalam kelompok terjadi pada indikator interaksi dengan guru selama kegiatan pembelajaran. Pada indikator interakasi dengan sesama peserta didik selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan yaitu dari skor 44% pada siklus pertama meningkat menjadi 81% pada siklus kedua, yang berarti juga mengalami kenaikan sebesar 35%. Demikian pula dengan indikator kreativitas peserta didik dalam membuat catatan, ringkasan, dan lain sebagainya, juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dari 56% pada siklus pertama meningkat menjadi 83% pada siklus kedua, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 27%.
Angka prosentase kenaikan yang sedikit lebih besar dibanding indikator-indikator lainnya terjadi pada indikator interaksi dengan guru selama kegiatan pembelajaran, yaitu dari 25% pada siklus pertama meningkat menjadi 64% pada siklus kedua, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 39%. Sedangkan angka prosentase kenaikan yang terkecil terjadi pada indikator partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, seperti kesediaan memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru atau dari sesama peserta didik, yang dalam hal ini hanya mengalami kenaikan sebesar 22%, dari 64% pada siklus pertama meningkat menjadi 86% pada siklus kedua. Meskipun begitu, bila dibandingkan dengan pedoman kriteria keberhasilan (indikator kinerja) yang telah ditetapkan, yakni sebesar 10% dari siklus pertama ke siklus kedua, maka angka prosentase kenaikan pada indikator partisipasi peserta didik tersebut masih tergolong sangat signifikan. Besarnya peningkatkan persentase rata – rata aktivitas dalam KBM ini antar siklus terlihat pada nilai rata-rata prestasi hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan materi pokok “Unsur - Unsur Geografis Dan Penduduk Di Kawasan Asia Tenggara ” mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 7,92 % (dibulatkan = 8 %). Begitu juga prosentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar meningkat banyak dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 45 %. Sedangkan peserta didik yang tidak tuntas mengalami penurunan drastis sebanding dengan peningkatan prosentase peserta didik yang telah tuntas, yaitu sebesar 46 %.
Berdasarkan semua hasil penelitian sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan di atas, maka kesimpulan sementara sebagai jawaban terhadap permasalahan – permasalahan yang telah dikemukakan di awal penelitian dan atau di bagian awal tulisan ini, bahwa model pembelajaran Jigsaw terbukti, setidaknya dalam penelitian ini dan juga dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh sejawat guru yang lain di tempat yang juga lain, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi hasil belajar peserta didik. Dengan demikian pula maka hipotesis alternatif yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya dapat diterima kebenarannya.
0 komentar:
Post a Comment