Kartini seorang sosok pahlawan pejuang emansipasi wanita, dengan ketegarannya, dengan kecerdasan dan pendiriannya, beliau mampu memperjuangkan nasib kaum hawa dalam memperoleh hak-haknya sebagaimana kaum pria. Bicara kartini tentu tak lepas dengan wanita, sebuah kata yang juga diartikan oleh sebagian orang jawa sebagai "wani nata" yang artinya sebagai seorang perempuan harus mampu memanage dirinya sebagai pendamping suami dalam sebuah keluarga dan juga mampu memanage keseimbangan karier dengan rumah tangga. Perjuangan Kartini yang telah mampu mensejajarkan hak-hak nya untuk memperoleh pendidikan sejajar dengan kaum pria, mensejajarkan hak-haknya untuk berpendapat telah membawa hasil yang luar biasa yaitu dengan hadirnya sosok pemimpin dari kaum-kaum hawa. Keberhasilan emansipasi wanita tidak hanya sebatas itu, fakta dilapangan dalam dunia pendidikan sebagian besar siswa perempuan justru mendominasi baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Paradigma lama yang mengatakan bahwa "wong wadon sekolah duwur-duwur pan go apa, ujung ujunge ya pendamping suami, sing penting bisa maca karo bisa nulis wis cukup" nampaknya sudah tidak berlaku lagi saat ini. Sebagai bukti banyak guru-guru adalah seorang perempuan. Bahkan tenaga wanita yang identik dengan kelemahan justru menjadi sumber daya yang luar biasa, karena dengan loyalitasnya sebuah perusahaan mengeksplore kemampuan kaum hawa. Meski ada sisi negatif dari fakta ekspolrasi ini namun hal ini sebagai bukti bahwa kualitas perempuan saat ini justru cenderung meningkat. Itulah kartini kartini masa kini.
Kepedulian Sturi atas perjuangan Raden Ajeng Kartini diwujudkan dengan Upacara dan berbagai lomba. Mulai lomba lukis dan lomba mengarang puisi bertemakan kartini hingga lomba merias. Semangat juang Kartini seakan merasuk seketika saat Ibu Tatik Murdiani, S.Pd menuju ke mimbar dan memimpin peserta upacara untuk bersama-sama menyanyikan lagu "IBU KITA KARTINI" dengan semangatnya seluruh peserta upacara menyanyikan lagu Ibu kita kartini. Suasana khidmatpun terasa ketika Kepala Sekolah memaparkan sejarah dan biografi Pahlawan emansipasi wanita Raden Ajeng Kartini. Usai upacara masing masing koordinator lomba memaparkan teknikal meeting lomba. Lomba lukis dikoordinatori oleh Ibu Sumini, S.Pd, Lomba merias Ibu Puji Astuti, S.Pd, dan lomba baca puisi oleh Bapak Drs. Toyib. Dari lomba lomba yang delenggarakan lomba meriaslah yang sempat menarik perhatian seluruh warga sturi baik guru karyawan maupun siswa hampir seluruhnya menyaksikan lomba merias (saking ramene kaya pasar tumpah=red). Lomba merias di ikuti oleh perwakilan masing kelas jumlah peserta tiap kelas minimal 2 peserta, ternyata peserta membludak hingga penilaianpun berlangsung lebih lama dari jadwal yang telah ditentukan karena saking banyaknya peserta lomba merias. Yang lebih menakjubkan lagi bahwa lomba rias sturi ini benar benar dari siswa oleh siswa dan untuk siswa. Mulai dari alat - alat rias, bedak, kebaya semua atas inisiatip siswa. Antusiasme para siswi patut di acungi jempol dan ternyata hasilnya diluar dugaan ternyata Sturi banyak bibit-bibit modeling dan perias. Dewan guru sempat gedeg-gedeg takjub saat melihat kemampuan siswi peserta lomba beraksi memoles wajah temanya sendiri. "eh....jebule cah sturi akeh sing bakat modeling dan perias yah, enyong tah blih nyangka blas" Kata kata itulah yang sering terlontar dari mayoritas dewan guru dalan guyon ala tegalan, saat berlangsungnya lomba merias. Usai lomba rias peserta yang telah di rias berpose di depan juri kemudian di lanjutkan dengan demonstrasi CATWALK. Dengan gaya dan kemampuan masing-masing peserta berjalan lenggak lenggok bagai peragawati beneran, para supporter tak henti hentinya untuk bertepuk tangan saat perwakilan kelasnya tampil catwalk.
Bu Puji demikian panggilan akrabnya nampak profesional dalam mengemas lomba merias ini, Karena Ibu yang satu ini benar - benar piawai dalam hal modeling di dukung dengan basic beliau yang juga sebagai "English Teacher", demikian juga Ibu Umi Nurkhasanah, S.Pd yang juga sama-sama memiliki basic "english teacher" ini dengan gaya beliau yang terkesan lembut ini juga tak kalah menguasai dalam bab modeling ini. Inilah kartini-kartini sturi masa kini.
Bukan hanya dewan guru, Pak fatahpun (Kepala Sekolah) kagum dan bangga melihat penampilan siswi Sturi, dan tak henti hentinya memberi Uplouse dengan canda tawa melihat akting peserta catwalk.
Bukan hanya siswa ternyata Ibu guru sturipun ikut dinilai, sehingga tak heran Ibu-ibu guru berdandan serapi, seanggun mungkin guna memperoleh gelar "Kartini sturi 2012"
Sungguh meriah peringatan Hari Kartini 2012 di SMP N 1 Dukuhturi. Semoga semangat juang Raden Ajeng Kartini selalu mewarnai warga sturi khususnya kaum wanita. Selamat merayakan Hari Kartini, salam Abita.
1 komentar:
maju trus kartini-kartini masa kini ......
Post a Comment